menu menu

Memahami pengabaian di perkampungan kumuh terapung Makoko di Nigeria

Makoko, kawasan kumuh terapung terbesar di dunia, terletak di Laguna Lagos di Nigeria. Ini memiliki populasi lebih dari 200,000 orang yang hidup dalam kondisi genting, dengan akses terbatas ke fasilitas dasar seperti pendidikan, air bersih, sanitasi, perawatan kesehatan, dan listrik.

Perkampungan kumuh Makoko telah menjadi desa nelayan selama beberapa dekade dan telah menarik banyak orang dari negara tetangga seperti Benin.

Penduduknya tinggal di rumah panggung di atas air dan bergantung pada perahu untuk bergerak. Selama bertahun-tahun, komunitas telah tumbuh dan menjadi lebih beragam.

Belakangan ini, Makoko mendapat perhatian dari media dan berbagai lembaga swadaya masyarakat karena kondisi kehidupan yang buruk. Upaya LSM untuk mengembangkan masyarakat tetap menjadi perjuangan karena populasi yang lebih muda tumbuh ke tingkat yang luar biasa.

Pemerintah Nigeria sebagian besar mengabaikan kebutuhan penduduk, membiarkan mereka hidup dalam kondisi di bawah standar.

Salah satu alasan utama pengabaian adalah kurangnya representasi politik bagi masyarakat di dalam pemerintahan. Penduduk desa dilanda kemiskinan dan pengangguran, dengan banyak yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan. Makoko kebanyakan tinggal di gubuk dan rumah panggung di atas air.

Dengan demikian, itu tidak diakui oleh pemerintah sebagai komunitas formal dan penduduknya tidak berhak atas layanan dan dukungan yang sama seperti mereka yang tinggal di kota-kota besar.

Makoko menderita karena kurangnya investasi di bidang infrastruktur dan layanan. Permukiman kumuh berada di daerah rawan banjir, sehingga sulit untuk menyediakan layanan dasar seperti listrik, air, dan sanitasi.

Pemerintah Nigeria juga gagal berinvestasi dalam pengembangan sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya, menyebabkan banyak anak dan remaja tidak memiliki akses ke pendidikan.

Terlepas dari upaya beberapa LSM untuk mengembangkan pusat pembelajaran, pencemaran air semakin membatasi upaya pembangunan.

Terbatasnya akses ke pendidikan telah memaksa siswa untuk putus sekolah atau tidak hadir sama sekali, yang menyebabkan tingkat buta huruf yang tinggi dan kurangnya kesempatan.

Pengabaian pemerintah terhadap daerah kumuh sangat parah. Minimnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menyebabkan tingginya angka penyakit dan penyakit, dengan banyak penduduk menderita penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan tifus.

Hal ini sangat mempengaruhi anak-anak yang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas. Air di laguna tercemar limbah industri dan rumah tangga, tanpa adanya pengelolaan limbah yang tepat.

Kondisi kehidupan di Makoko juga membuat Gen Z terancam bahaya fisik. Gubuk-gubuk dan rumah-rumah di kawasan kumuh terapung seringkali penuh sesak dan konstruksinya buruk, sehingga rentan runtuh saat terjadi badai atau banjir yang disebabkan oleh perubahan pola cuaca yang terus-menerus.

Situasi di perkampungan kumuh Makoko adalah contoh nyata dari konsekuensi ketimpangan dan kemiskinan. Kaum muda telah ditolak hak-hak dasar dan kesempatan yang penting bagi perkembangan dan prospek mereka.

Penting agar pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi daerah tersebut dan memastikan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan dasar lainnya. Penduduk harus diberikan hak dan kesempatan yang sama dengan mereka yang tinggal di permukiman formal.

Pemerintah Nigeria telah mengabaikan penduduk selama bertahun-tahun, membiarkan mereka hidup dalam kondisi yang buruk. Terlepas dari sejarah ketangguhan dan kelangsungan hidupnya, masa depan Makoko tetap tidak menentu, karena komunitasnya terus berjuang.

Namun demikian, kami berharap masyarakat mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk memerangi situasi yang dihadapi.

Aksesibilitas