Tanggal 14 Februari, sebagai perayaan romansa, membawa banyak kepedulian terhadap lingkungan. Dalam upaya mengatasi perubahan iklim, pelajari bagaimana Anda dapat membuat pilihan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tahun ini.
Hari Valentine, sebagian besar, identik dengan kasih sayang dan sayang. Namun, fokusnya pada konsumerisme dan produk sekali pakai membuatnya menjadi liburan yang sangat memprihatinkan bagi lingkungan.
Dengan krisis iklim yang sedang berlangsung, tanggung jawab lingkungan individu menjadi semakin mendesak. Saat kita terus mendengar berita meresahkan tentang lautan kita, mikroplastik, limbah, emisi, dan segala sesuatu di antaranya, banyak dari kita yang tertarik untuk menghindari budaya membuang.
Anggap diri Anda bagian dari grup ini? Berikut beberapa trik untuk membantu Anda tetap bertanggung jawab di Hari Valentine ini.
Pertimbangkan kartu digital daripada membeli hadiah tradisional
Banyak dari kita bersalah membuang kartu setelah jangka waktu tertentu. Sayangnya, sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah. Komponen kartu, seperti glitter dan lem, kemungkinan besar akan berakhir di laut dan sering dikonsumsi oleh biota laut.
Kebanyakan kartu ucapan yang ditemukan di toko-toko adalah dikelantang, melepaskan racun ke dalam ekosistem dan membahayakan satwa liar. Dengan satu atau lain cara, zat mematikan yang dicampur dengan kartu ucapan ini berakhir di rantai makanan, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan manusia.
Bagi yang lebih suka menunjukkan cinta lewat kartu ucapan, masih bisa dilakukan lewat cara lain.
Dengan platform seperti Canva yang membantu banyak orang dalam usaha desain grafis mereka, platform ini dapat digunakan untuk membuat kartu digital khusus. Platform ini menawarkan template yang dapat dikustomisasi dengan mudah dan Anda tidak akan membuang apa pun ke laut, yang paling penting.
Beli bunga Anda secara lokal
Akibat perubahan iklim, hasil panen mawar terus menurun karena mereka kesulitan beradaptasi dengan cuaca yang lebih panas.
Akibatnya, mawar dialihdayakan dan diimpor dari negara lain seperti Belanda, Kenya, Ethiopia, dan Ekuador.
Khusus di Kenya, 60% bunga yang dihasilkan adalah bunga mawar. Dengan nilai ekspor bunga yang bernilai $500 miliar di dalam negeri, kebutuhan akan bunga berkualitas ekspor menyebabkan penggunaan pestisida di perkebunan bunga.
"Di tengah penggundulan hutan, penggunaan pestisida, polusi cahaya buatan, dan perubahan iklim, makhluk-makhluk ini berjuang bersama tanaman, bunga, dan hewan lain yang bergantung pada mereka untuk bertahan hidup."https://t.co/SOigjSf6GU
— Sahabat Bumi (Aksi) (@foe_us) Januari 19, 2023