menu menu

Xi bertemu dengan para CEO AS untuk membendung kemerosotan ekonomi Tiongkok

Statistik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa perekonomian Tiongkok sedang menurun dan pertemuan dengan lebih dari selusin CEO dari AS, mencerminkan upaya Tiongkok untuk memitigasi masalah yang mendesak ini.

Pekan lalu, banyak orang yang terkejut setelah terungkap bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu dengan beberapa CEO terkemuka AS. Pertemuan ini diselenggarakan dengan nyaman karena lebih dari 100 CEO global hadir di Beijing untuk menghadiri Forum Pembangunan Tiongkok tahunan.

Ketegangan antara AS dan Tiongkok telah menjadi titik fokus lanskap geopolitik, yang ditandai dengan persaingan strategis dan perselisihan di berbagai bidang. Pertemuan tak terduga baru-baru ini menambah lapisan intrik pada hubungan yang sudah rumit antara kedua negara.

Keterlibatan strategis ini menggarisbawahi minat Tiongkok dalam memanfaatkan keahlian dan sumber daya perusahaan-perusahaan terkemuka Amerika untuk mencapai tujuan ekonominya dan mendorong kerja sama internasional.


Detail pertemuan

Pada hari Rabu, dalam upaya untuk menarik bisnis asing ke perekonomiannya – yang masih merupakan salah satu ekonomi terbesar secara global – Presiden tidak hanya bertemu dengan para CEO tetapi juga akademisi. Laporan menyatakan bahwa pertemuan tersebut menunjukkan keterusterangan seperti Xi menjelaskan kekhawatirannya dengan perekonomian Tiongkok dan menurunnya investasi asing langsung.

CEO yang hadir termasuk Stephen Schwarzman, salah satu pendiri Blackstone; Raj Subramaniam, Presiden FedEx; Mark Carney, Ketua Bloomberg; Cristiano Amon, Presiden Qualcomm, dan banyak lagi.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk mengatasi kekhawatiran mengenai menurunnya investasi luar di Tiongkok karena faktor-faktor seperti pertumbuhan yang lebih lambat, ketatnya peraturan, dan pertanyaan mengenai prospek jangka panjang negara tersebut. Sepanjang perjalanan, Xi mempertahankan optimisme dan keinginannya untuk masa depan yang lebih baik antara AS dan Tiongkok.

laporan dari China Central Televisions menunjukkan para hadirin dengan penuh perhatian mendengarkan pemimpin Tiongkok saat ia berbicara kepada mereka.


Perekonomian Tiongkok yang menurun

Terdapat perdebatan mengenai keadaan perekonomian negara tersebut, ada yang mengatakan bahwa perekonomian negara tersebut menunjukkan tanda-tanda penurunan, sementara ada pula yang mengatakan bahwa Tiongkok sedang berada dalam kondisi yang buruk.Transisi Hebat'. Pandemi ini tampaknya telah memperburuk tantangan ekonomi yang telah terjadi pada tahun sebelumnya.

Tiongkok yang secara historis bergantung pada pertumbuhan yang didorong oleh investasi, kini bergulat dengan inefisiensi dalam strategi investasinya, khususnya di sektor-sektor seperti real estate di mana aktivitas spekulatif telah menyebabkan kerentanan. Investasi real estatnya adalah diproyeksikan jatuh sebesar 30% lagi dalam 10 tahun mendatang.

Dana Moneter Internasional (IMF) merilis sebuah laporan awal tahun ini yang meramalkan hal ini pertumbuhan ekonomi turun 0.6% dari tahun lalu. Pada tahun 2028, organisasi tersebut memperkirakan nilainya hanya akan mencapai 3.4%, turun secara signifikan dari 5.2% pada tahun 2023.

Selain itu, investasi asing langsung (foreign direct investment) turun sebesar $30 miliar pada awal tahun ini saja. Hal ini menunjukkan bahwa negara ini telah tergelincir dari posisinya sebagai target utama investasi strategis jangka panjang.

Menurunnya pertumbuhan Tiongkok, ditambah dengan tantangan-tantangan seperti krisis properti, lemahnya belanja negara, dan tingginya pengangguran kaum muda, telah menimbulkan kekhawatiran mengenai kemampuannya mempertahankan statusnya sebagai pendorong utama pertumbuhan global.

Perlambatan perekonomian Tiongkok tidak hanya berdampak pada pasar domestik namun juga berdampak pada perekonomian global karena keterkaitannya dengan perekonomian negara lain.


Dampak pertemuan tersebut

Hubungan AS-Tiongkok ditandai dengan konfrontasi mengenai isu-isu seperti hak kekayaan intelektual, akses pasar, keamanan siber, dan sengketa wilayah, sehingga menciptakan perselisihan. dinamis yang kompleks dan beragam Hal ini berdampak pada stabilitas global dan pertumbuhan ekonomi.

Saat berkunjung ke Tiongkok tahun lalu, Menteri Perdagangan Gina Raimondo diberitahu oleh perusahaan-perusahaan AS bahwa negara tersebut menjadi terlalu berisiko untuk investasi, sehingga 'tidak layak untuk diinvestasikan'.

Namun, tidak semua harapan hilang bagi negara adidaya di Timur tersebut karena pada pertemuan puncak yang diadakan di San Francisco November lalu, Biden dan Xi mencapai kesepakatan. kerjasama ekonomi.

Bahkan Tim Cook, CEO Apple, meyakinkan pemimpinnya bahwa Tiongkok masih menjadi salah satu pasar utamanya setelah perusahaan tersebut mengalihkan produksinya ke negara lain seperti India. Keyakinannya terhadap operasi nasional Apple tidak salah karena Tiongkok adalah salah satu vendor terbesar bagi perusahaan tersebut 17.3% dari pangsa pasar.

Kementerian Tiongkok bahkan menyatakan bahwa Menteri Perdagangan Wang Wentao mendorong Cook untuk terus membuka pasar Tiongkok dan berupaya mencapai pembangunan bersama dengan Tiongkok.

Selain itu, para CEO terpilih bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping karena mereka berasal dari berbagai industri, termasuk keuangan, teknologi, logistik, dan komunikasi.

Dengan banyaknya posisi yang berpengaruh, mereka dapat merangsang investasi di industri-industri tertentu, yang jika dijalankan secara efektif, bisa menyebabkan lonjakan perekonomian di Tiongkok.

Aksesibilitas