Sel-sel Henrietta Lacks telah berperan penting dalam memajukan bidang biosains, menyelamatkan banyak nyawa, namun penggunaannya dinodai oleh ketidakadilan. Kisahnya mengingatkan pentingnya informed consent dalam penelitian medis.
Pada tahun 1951, seorang ibu muda masuk ke Rumah Sakit Johns Hopkins – salah satu dari sedikit rumah sakit yang merawat orang Afrika-Amerika yang miskin pada saat itu.
Wanita tersebut, Henrietta Lacks, kemudian diberitahu oleh dokternya bahwa dia menderita kanker serviks ganas. Sejak saat itu, serangkaian kemajuan revolusioner dalam industri medis menutupi banyak ketidakadilan.
Latar Belakang Kekurangan Henrietta
Bagi orang-orang terdekatnya, Henrietta dikenal sebagai ibu, istri, dan teman yang penyayang. Di saat kanker serviks masih menjadi penyakit yang sangat mematikan dengan angka kematian yang tinggi, sikap tangguh Henrietta tidak pernah goyah.
Selama biopsi Henrietta, tanpa sepengetahuannya, a sampel sel kankernya dikirim ke Dr. George Gey yang selama bertahun-tahun mengumpulkan sel dari banyak pasien untuk penelitian. Catatan medis menunjukkan bahwa meskipun telah menjalani beberapa terapi radium, kankernya sudah terlalu parah dan pada usia 31 tahun, ia meninggal karena penyakit tersebut pada tanggal 4 Oktober 1951.
Sel-selnya, tidak seperti sampel lain yang ada sebelumnya, mulai berkembang biak dalam jangka waktu 20 hingga 24 jam yang menandakan lahirnya Garis Sel Abadi yang pertama. Sel Henrietta, yang diberi nama HeLa, telah digunakan untuk mempelajari kanker, virus, sistem kekebalan tubuh, genetika, dan bidang kedokteran lainnya.
Namun, untuk menutupi potensi kemarahan, ketika ditanya tentang nama pembawa acara, banyak jawaban yang menyesatkan seperti 'Helen Lane' yang diberikan.
Terlepas dari keajaiban yang bisa dicapai sel HeLa, keluarganya tetap tidak tahu apa-apa untuk waktu yang lama. Faktanya, mereka baru mengungkap kebenarannya pada tahun 1973 setelah para ilmuwan memanggil mereka untuk meminta sampel darah agar gen Henrietta dapat dipelajari lebih lanjut.
Keluarga tersebut terkejut mengetahui bahwa sel Henrietta telah digunakan dalam penelitian tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Meskipun sel HeLa telah mencapai kemajuan ilmiah yang luar biasa, keluarganya masih belum pernah mendapatkan kompensasi.
Kemajuan ilmiah dimungkinkan oleh sel HeLa
Garis sel yang diabadikan didefinisikan sebagai populasi sel yang dapat membelah tanpa batas waktu dalam kultur dibandingkan dengan sel normal, yang memiliki umur terbatas dan akhirnya berhenti membelah. Pada saat kapan polio telah menghancurkan kehidupan orang Amerika, obatnya perlu dikembangkan.
Bereksperimen dengan monyet dengan vaksin prototipikal sepertinya memakan biaya besar, namun ahli virologi Jonas Salk menemukan sel HeLa. Inilah awal mula pabrik pertama yang memproduksi sel secara massal, yang akhirnya mengarah pada penemuan vaksin polio pada tahun 1955.
Sel HeLa telah digunakan dalam berbagai penelitian kanker, termasuk penelitian tentang cara memperlambat pertumbuhan kanker dan genetika yang terkait dengan penyakit tersebut.
Pada awal tahun 60an untuk memahami bagaimana sel manusia bereaksi terhadap radiasi dan dampak perjalanan ruang angkasa pada astronot, sel HeLa dikirim ke luar angkasa. Selain itu, antara tahun 2008 dan 2014, tiga Hadiah Nobel diberikan atas penemuan yang dimungkinkan oleh sel HeLa.
Tahun 80-an merupakan awal mula penelitian HIV/AIDS, membantu para ahli memahami mekanisme virus, dampaknya, dan pengembangan obat-obatan. Hasil penelitian ini menyelamatkan banyak nyawa dan mengubah arah epidemi.